Kamis, 30 Agustus 2012

PENANAMAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DI SMPN 2 TAKERAN MELALUI KEGIATAN SEKOLAH BERNUASNSA PONDOK PESANTREN

Perubahan kurikulum dari 1994 menjadi Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004 serta disempurnakan menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan  menunjukkan perubahan yang esensial. Perubahan itu salah satunya diakibatkan kurang berhasilnya pendidikan masa lalu. Mutu pendidikan kita rendah, karena mengabaikan : Moral, Akhlak, Budi Pekerti dan Olah Raga serta Life Skill.
Pemerintah sekarang nampaknya betul – betul akan melaksanakan perubahan dengan rencana memasukkan materi kehidupan bebas KKN, yang akan diintegrasikan ke pelajaran Budi Pekerti atau pelajaran lain.
Perilaku peserta didik sekarang yang kurang memberikan kebanggan dan bahkan mengkhawatirkan pada generasi tua untuk menggantikan tongkat estapetnya pada generasi penerus, membuat gerah para penggelut dunia pendidikan. Untuk mempersiapkan generasi sekarang mengenyam dan meraih seksuksesan di masa mendatang SMPN 2 Takeran meletakkan program unggulan dengan  mengkondisikan sekolah sebagai pondok pesantren.
Dengan setiap hari membaca doa dan dilanjutkan menghapal surat-surat pendek di Zuz Ama’ di harapkan keluar dari sekolah bisa hapal sekitar 20 surat pendek. Sholat dhuhur berjama’ah yang diselingi kultum oleh peserta didik melatih anak untuk menjadi dai’ serta sholat duha. Sedangkan setiap guru diwajibkan memberikan kultum setiap memulai proses pembelajaran. Kebersamaan semua warga sekolah untk saling memberikan pencerahan hati, nampaknya sekeras hati anak akan menimbulkan    ketajaman hati pada diri si anak.
Semua manusia tidak ingin dirinya tidak sukses hidup di dunia maupun diakhirat. Maka satu-satnya cara mebekali peserta didik dengan mempertajam naluri anak untuk selalu belajar mendengarkan isi hati, intuisi atau bisikan jiwa. Dengan seringnya asahan mental spiritual yang  semakin tajam, peserta didik akan semakin tajam pula dalam mendengarka intuisi dari dirinya, sehingga mencegah perbutan yang tak terpuji.
Kepala sekolah sebagai motivator utama di sekolah harus bisa menebar keakraban sehingga sentuhan kasih sayang dalam kepemimpinannya bisa dirasakan dimana-mana walaupun tidak kemana-mana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar