Kamis, 30 Agustus 2012

Menggalakkan Gemar Membaca di Sekolah

http://www.youtube.com/watch?v=KiYaaNbqVEg

Pada awalnya untuk menggerakkan gemar membaca di SLTP 2 Parang juga sulit dan bahkan guru lainnyapun sempat tidak sependapat dengan ide penulis. Namun penulis dengan sabar memberikan berbagai alasan, baik contoh dari negara lain maupun dari segi agama dan juga dari berbagai sudut pandang.

Untuk menggerakkan kesadaran membaca anak yang berdomisili di desa sekiranya akan memakan waktu lama. Namun penulis berkeyakinan bahwa hal itu akan bisa tercapai kalau anak akan menyadari bagaimana pentingnya membaca. Untuk memasyarakatkan gemar membaca, penulis masuk kelas  sampai minimal tiga kali tiap kelas dari kelas I sampai kelas III, sehingga lambat laun anak melakukannya. Seperti yang telah penulis sampaikan terdahulu dengan judul :” Menggairahkan siswa untuk gemar membaca di SLTP 2 Parang-Magetan” Media Oktober 2002.
 “Mengapa kita harus membaca?”. Bukannya penulis yang mengharuskan kita untuk membaca, tetapi bagi semua umat Islam bukan barang baru, bahwa perintah itu datangnya langsung dari Tuhan, dengan surat pertama yaitu “Iqro’” yang artinya bacalah”  Nah sekarang mengapa Tuhan begitu menempatkan ilmu diatas segala-galanya. Anda para pembaca tentu tahu semua jawabnya.
Inilah sebagian landasan dasar yang perlu kita cermati :
1. “Bacalah! Tuhanmulah Yang Maha Pemurah! Yang mengajar dengan kalam. Mengajar manusia apa yang tiada ia tahu".(Q.S.96 Surat Al-Alaq (Segumpal Darah) Ayat 3-5)
2. Sedangkan dari hadis adalah :  “Barang siapa yang keluar rumah untuk belajar satu bab dari ilmu pengetahuan, maka ia telah berjalan fisabilillah sampai kembali ke rumahnya.” (H.R. Tirmidzi dari Anas r.a.).
3. Selain itu juga ada Hadis-hadis seperti :”tuntutlah ilmu sampai ke negeri cina juga Diwajibkan bagi muslimin dan muslimat untuk menuntut ilmu.” Sehingga tidak tidak ada alasan lagi untuk kita tidak belajar/menuntut ilmu. Ingat negara kita sekarang dalam keadaan serba tidak menentu akibat rendahnya kwalitas sumber daya manusianya.
 4. “Membaca sama Asyiknya dengan Nonton”, Teman gaul tak hanya bisa didapat di mal,arena dugem, atau chatting di internet. Di toko buku pun bisa ketemu teman gaul yang tak kalah sip. Buku namanya. Kompas Jumat,11 Juli 2003.
5. Di Jepang dan Singapura, anda akan merasa asing dan malu sendiri jika anda naik kereta api atau pesawat terbang, karena yang lain asyik membaca sedangkan anda asyik ngobrol.
Hasil – hasil yang bisa dirasakan di SLTP 2 Parang adalah sebagai berikut:
·         Kalau anda berkunjung ke SLTP 2 Parang pagi-pagi benar sebelum masuk kelas, saudara akan disuguhi: para pelajar dengan asyiknya membaca dan bercengkerama tanya ini dan itu sampai ada bel berbunyi tanda masuk kelas.
·         Sedangkan pada jam istirahatpun para siswa juga membawa buku walaupun kadang hanya dibawa, namun kalau dibaca ya alhamdulillah demi memupuk cinta membaca di masa mendatang.
·          Sedangkan alumni SLTP 2 Parang – Magetan yang diterima di SMU Taruna Magelang yaitu Suyanto sekarang klas III juga merasakan hikmahnya, kalau dulu dipaksa untuk membaca sedangkan sekarang merupakan kebutuhan yang wajib yang harus dilakukan. Dengan berkunjung di SLTP 2 Parang si Anak tersebut selalu membawa buku kapanpun dan dimanapun tempatnya, bahkan penulis sempat pinjam buku bacaanya yang berjudul “ESQ (Emotional Spiritual Quotiont) oleh: Ary Ginanjar Agustin. Setelah masuk SMU Taruna menyadari bahwa betapa pentingnya membaca itu, sehingga penulis berpesan untuk memasyarakatkan membaca kepada adik–adik kelasnya di SLTP 2 Parang khususnya dan masyarakat pada umumnya.
·         Bapak ibu guru setiap hari juga semakin rebutan untuk membaca koran, dan juga sudah ada yang berlangganan.
Sebuah impian untuk mendukung adanya generasi yang gemar membaca. Untuk mempercepat impian itu, harus dimulai dari keluarga dan lingkungan/masyarakat serta sekolah yang wajib untuk menjadi pelopor dengan menyediakan berbagai model bacaan yang menarik serta tempat yang nyaman.
Sedangkan merupakan kepincangan kalau kita meprioritaskan untuk gemar membaca dan membaca, sedangkan harga buku masih jauh terjangkau dari masyarakat. Dengan segala usaha sadar kalau bisa penentu kebijakan harus berusaha untuk menurunkan harga buku semurah mungkin, sehingga generasi kita bisa menikmati bacaan-bacaan yang mereka inginkan.
Harapan penulis dengan adanya sebagian mereka tidak melanjudkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, namun mereka mempunyai pandangan atau wacana bagaiman pentingnya membaca bagi kehidupan mendatang, sehingga bisa berguna bagi generasi penerus atau minimal untuk anaknya setelah mereka menjalin rumah tangga.
 Jadi yang namanya belajar bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi yang lebih penting lagi juga harus bisa maempersiapkan dan memberikan bekal untuk mendidik anaknya dikemudian hari.
Mari kita para pendidik dan para orang tua serta penentu kebijakan untuk betul-betul membuat generasi kita menjadi “generasi yang gemar membaca.dan membaacuaaa !!!!!!!!!”





Tidak ada komentar:

Posting Komentar