Belum lengkap rasanya kalau kita tidak membicarakan problema guru. Saat ini guru bagaikan artis yang sedang naik daun. Namun naiknya tidak seperti artis yang selalu dipuja dan dikerumuni hanya dikarenakan pemujanya ingin minta tanda tangan dan foto bersama. Ramainya perbincangan guru saat ini, selain karena mendapatkan tunjangan profesional juga karena akan diadakan uji kompetensi. Sebagian besar guru merasa belum siap untuk di uji, terutama dari kalangan guru sekolah dasar. Belum siapnya bukan perkara materi yang akan diujikan, namun terletak pada bagaimana cara mengoperasikan komputer. Pada akhirnya mereka rela mengeluarkan uang untuk latihan mengoperasikan komputer dan bahkan membeli laptop.
Sejarah guru di negeri ini memang belum begitu mendapat perhatian, sehingga wajar saja apabila pemerintah sekarang begitu perhatian terhadap guru. Profil guru saat ini tidak bisa lepas dari bibit guru di masa lampau. Bibit guru di masa lampau merupakan calon yang berada dikasta terendah yaitu kasta ke empat yang lebih populer disebut perintis IV. Kebanyakan calon mahasiswa di masa lampau baru ingin masuk ke perintis empat kalau mereka gagal di perintis pertama sampai perintis ketiga. Bahkan sudah berada di IKIP tingkat 2 dan tingkat 3 pun masih mencoba mendaftar di printis 1 dan 2. Kalau diterima mereka kuliah di dua perguruan tinggi. Banyak penghuni perintis IV (IKIP) kala itu ditempati oleh siswa dari rangking bawah. Jarang sekali bahkan tidak ada mahasiswa di IKIP yang di kala SMA, STM atau SMEA menduduki rangking 1 sampai 15. Sebagai perbandingan, di Amerika 47% guru berasal dari 1/3 mahasiswa dari peringkat bawah (akademik), di Finlandia calon guru berasal dari mahasiswa 10 besar di kampus, yang masih akan disaring dengan lebih ketat. Di negeri ini pada umumnya siswa yang rangking 1 sampai 15 tidak menjatuhkan pilihan menjadi profesi guru karena tidak ada jaminan kemapanan ekonomi ke depan. Mereka lebih memilih profesi dokter, insinyur, kehakiman dan lain-lain dari pada menjadi guru. Jadi dari segi sumber daya manusianya memang guru berada di level terbawah, sehingga wajar kalau guru sekarang kurang berkualitas.
Perbedaan kasta perguruan tinggi pada saat itu sangat bisa dirasakan. Pada tahun 1976 dimulailah dengan sistim SKALU (Sekretariat Kerja sama antar Lima Universitas). Anggota: IPB, ITB, UGM, UI, Unair dengan tujuan menghemat biaya. Pada tahun berikutnya anggotanya bertambah antara lain: Brawijaya, ITS, Undip, Unpad dan USU dan calon mahasiawa diijinkan memilih 3 perguruan tinggi serta jurusannya atau bidang studi juga. Pada perkembangan berikutnya terjadilah perubahan menjadi proyek perintis dari perintis 1 sampai perintis IV. Perintis satu seperti UGM, UI, dsb sedangkan printis 2 ( penerimaan tanpa ujian di IPB, ITB, UGM, UI. Nantinya mulai tahun 1983 lebih dikenal dengan nama PMDK dengan berbagai turunannya di masing-masing PTN) dan perintis tiga UNS, Universitas jember, Undip, sedangkan perintis empat adalah IKIP Di IKIP inilah lahir para bakal calon guru ditingkat menegah pertama dan menengah atas. Dari bakal calon guru inipun masih ada tahapan diploma yaitu diploma 1 sampai 3 dan S 1 atau D 4. Sehingga hasil dari tiap diploma juga menunjukkan tingkat kematangan bakal calon guru. Yang diploma satu pasti berbeda dengan yang diploma 2 dan 3 serta diploma 4. Jadi guru saat ini kurang berkualitas itu wajar adanya.
Sedangkan di tingkat sekolah menengah itupun dapat dirasakan bagaimana profil bakal calon guru saat itu. Mereka yang belajar di SPG yang nantinya akan menjadi guru di SD gambaran siswanya seperti orang pedesaan, tidak aneh-aneh, penurut, disiplin. Berbeda dengan anak yang belajar di SMA, mereka lebih percaya diri, mentereng, dari kalangan orang kaya sehingga kalau bertemu dengan anak SPG pamor mereka menang. Itulah profil bakal calon guru di tingkat sekolah dasar sehingga wajar kalau hasilnya saat ini menjadi guru penurut dan kurang kreatif.
Berdasarkan uraian diatas maka wajar kalau hasil ujian kompetensi guru (UKG) sementara kurang memuaskan. Maka sekali lagi jangan disalahkan guru saat ini. Seperti diberitakan, Jumat (3/8/2012) lalu Kemdikbud mengeluarkan hasil sementara UKG 2012. Tercatat, nilai rata-rata sementara UKG hanya 44,55, dengan nilai tertinggi 91,12 dan nilai terendah adalah nol. Nilai rata-rata sementara itu diperoleh berdasarkan pengolahan 243.619 data peserta dari 373.415 guru yang telah selesai mengikuti UKG sampai dengan hari ketiga(1/8/2012)...(http://edukasi.kompas.com) Sedangkan untuk sementara rata-rata paling tinggi hasil UKG adalah DIYyaitau 51,03,(http://www.bisnis.com).
Banyak sekali dampak posisif dari UKG. Para guru terpaksa harus belajar yang semula hal itu jarang dilakukan. Mereka mau belajar komputer dan bahkan rela membayar untuk latihan menombol, membuka buku sumber dll, foto copy kesana kemari, mendownload bahan latihan UKG di internet, tak sedikit yang membeli laptop dan lain-lain pokoknya hebohlah guru saat ini. Dari kegiatan ini semestinya tidak akan berhenti sampai di sini saja. Alangkah baiknya kalau hal ini dilaksanakan secara periodik dan berkelanjutan. Setelah mengetahui pemetaan kompetensi guru, pemerintah akan memberikan bimbingan bagi guru yang hasilnya kurang memuaskan.
Sebenarnya sudah banyak yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan saat ini. Selain sarana prasarana berupa rehab gedung dan pemenuhan standar pembelajaran juga pemberian dana untuk kategori sekolah mulai dari CSSN (calon sekolah standar nasional), SSN, RSBI (rintisan sekolah berstandar internasional dan SBI. Selain itu peningkatan kualitas pendidikan juga ditujukan pada sumber daya manusia yang berupa penataran atau workshop guru mata pelajaran. Jadi pemerintah juga sangat serius dalam meningkatkan kualitas pendidikan dari berbagai unsur. Selain dari itu rencana yang sangat menyejukkan dunia pendidikan adalah akan direkrutnya para bakal calon guru melalui perguruan tinggi yang dutunjuk untuk menghasikkan lulusan guru yang betul-betul profesional dengan diasrama serta gratis. Menurut Supriadi, mulai tahun ini dilaksanakan percontohan dulu. Sebanyak 1.500-2.000 mahasiswa baru di lembaga pendidik dan tenaga kependidikan (LPTK) negeri akan dibiayai pemerintah dan diasramakan.Para mahasiswa calon guru akan dites khusus. Seleksi dimaksudkan untuk memenuhi standar input LPTK dan dilakukan secara tertulis di tingkat nasional ataupun nontulis di tingkat LPTK.”Nantinya, tidak sembarang orang yang bisa menjadi guru. Hanya orang terpilih yang kelak bisa mendidik anak-anak bangsa,” kata Supriadi.(http://edukasi.kompasiana.com)
.Dari berbagai macam usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan, maka tunjangan profesi inilah yang paling menghebohkan. Selain heboh oleh kecemburuan pegawai lain juga heboh oleh tuntutan pemerintah untuk menguji kompetensi guru. Jangan pesimis dan khawatir dengan UKG. Banyak juga berseliweran SMS beredar yang intinya ingin menggagalkan UKG. Justru mari kita sambut UKG dengan spositif sebagai bentuk perhatian pemerintah kepada guru. UKG adalah ujian untuk mengetahui sejauh mana kemapuan guru saat ini. Ibaratnya dokter yang ingin menyembuhkan pasiennya. Bagimana pemerintah akan memperhatikan atau menolong serta menyembuhkan para gurunya kalau kondisi guru sendiri belum tahu. Jadi UKG inilah sebagai langkah awal pemerintah untuk memperhatikan guru. Dengan UKG pemerintah tidak akan menghentikan tunjangan profesi. Juga tidak akan memindahkan ke sekolah lain gara-gara UKG jelek. dsb..dsb.
Siapapun yang mengkritisi dan menilai bahwa guru itu kurang berkualitas maka sebetulanya mereka itulah yang membuat para guru kurang berkualitas. Bagaikan menapuk air kena muka sendiri. Seperti yang penulis uraikan di atas bahwa pemerintah sendiri yang membentuk guru itu kurang berkualitas. Sandainya saja guru jaman dulu kebutuhan ekonominya terjamin, maka kualitas guru jaman sekarang pasti lebih berkualitas.
Semoga UKG ini dapat menjadikan cermin bagi kita untuk meningkatkan kualitas pendidikan di negeri yang tercinta ini. Negara berkualitas kalau pendidikannya berkualitas. Pendidikan berkualitas kalau gurunya berkualitas. Gurunya berkulaitas kalau bakal calon gurunya berkualitas. Bakal calon guru berkualitas kalau jaminan ekonominya berkualitas. Jaminan ekonominya mapan atau berkulaitas kalau negaranya mau memberikannya dengan ikhlas.
Selamat ber-UKG.!!!.
3.http://www.bisnis.com/articles/ukg-online-2012-nilai-sementara-uji-kompetensi-guru-diy-tertinggi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar